Oleh: Prof. Dr. KH. Miftah Faridl
Sejumlah peristiwa penting terjadi pada bulan Ramadhan.
Pada bulan Ramadhan kita semua umat Islam wajib melaksanakan ibadah puasa. Pada Ramadhan, Al Qur’an diturunkan Allah SWT. Menurut ahli Tafsir hal ini mengandung dua pengertian. Pertama, seluruh konsep Al Qur’an diturunkan ke langit dunia pada bulan Ramadhan. (Malam Al Qadar). Kedua, Wahyu yang pertama dari Al Qur’an yaitu Al Alaq, ayat 1-5, diturunkan oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW, juga pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzul Al Qur’an).
Pada Ramadhan, Nabi Muhammad SAW, dilantik menjadi Nabi dan Rasul Allah pada waktu beliau berusia menjelang 41 tahun. Ada beberapa komentar ahli tafsir yang menyatakan, sebetulnya kitab-kitab Allah sebelum Al qur’an pun diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul Allah pada Ramadhan. Para ahli tafsir itu mengomentari, bahwa sejumlah Nabi-nabi besar sebelum Rasulullah SAW dilantik dan diangkat oleh Allah menjadi Nabi dan Rasul, juga pada Ramadhan. Ramadhan adalah bulan turunnya Kitab-kitab suci Allah dan bulan pelantikan manusia-manusia pilihan untuk menjadi Nabi dan Rasul Allah.
Kepada kita sebagai umat Rasulullah SAW, Allah juga berkenan menciptakan sebuah malam yang agung. Malam yang lebih baik dari seribu bulan. Yaitu malam diturunkannya Al Qur’an (lailatul qadar). Pada malam Al Qadar itu, malaikat Jibril beserta sejumlah malaikat lainnya turun ke bumi untuk mencurahkan rahmat dan berkah Allah sampai terbit fajar. Beberapa hadits mengemukakan tentang malam Al Qur’an yang memberikan kesimpulan kepada kita bahwa lailat al qadar terjadi pada setiap malam Ramadhan, yaitu dikatakan oleh hadits, banyak terjadi pada sepuluh hari terakhir dan malam ganjil. Rasulullah Saw, telah memberi contoh pada sepuluh hari terakhir itu. Beliau mengkonsentrasikan seluruh aktifitas dan kegiatannya di masjid dengan gerakan I’tikaf. Pada bulan Ramadhan menurut hadits Bukhari, setiap amal kebajikan yang dilakukan oleh kita umat Islam, mendapat pahala lebih besar dibandingkan dengan amal kebajikan yang sama, yang dilakukan pada bulan selain Ramadhan, baik itu yang menyangkut amalan hablumminallah, maupun hablumminannas, baik itu yang menyangkut ibadah mahdhah maupun ibadah-ibadah sosial lainnya. Ibadah sunnat mendapat pahala seperti ibadah wajib dan ibadah wajib mendapat pahala 70 kali lipat.
Pada bulan Ramadhan, do’a kita banyak dikabulkan oleh Allah SWT. Karena itu, Ramadhan juga disebut sebagai syahrul ijabah, bulan dikabulkannya do’a. untuk menunjukkan keistimewaan dan keagungan bulan suci Ramadhan itu, sampai-sampai Ramadhan mendapatkan sejumlah gelar : syahru Al Qur’an (bulan Al Qur’an), syahru at tilawah (bulan bacaan Al Qur’an), syahru ash shobri (bulan kesabaran), Syahru an najah (bulan keselamatan) syahru ar rahmah (bulan kasih sayang), syahru al barkah (bulan yang penuh berkah), syahru al marhamah (bulan kasih sayang), syahru al maghfirah (bulan ampunan), syahru jud (bulan kedermawanan). Disebut juga syahrullah (bulan Allah). Bahkan Nabi menyebutnya dengan kata-kata sayyidu as shuhur (ratu segala bulan). Beliau memberikan komentar seandainya orang-orang itu tahu tentang keunggulan, keagungan dan kemuliaan Ramadhan, pasti mereka itu ingin hidupnya dalam bulan Ramadhan terus-terusan.
Ada beberapa catatan penting dalam sejarah umat Islam. Ternyata Ramadhan pada zaman Nabi dan Sahabat, dijadikan sebagai bulan prestasi. Dimana umat Islam melakukan karya-karya besar, perjuangan-perjuangan strategis dengan kemenangan-kemenangan yang strategis pula.
Dari perjungan dakwah Islam yang telah melahirkan sejumlah prestasi yang luar biasa di bidang dakwah. Setiap Ramadhan, ratusan orang menyatakan diri masuk Islam. Bahkan pada tahun 10 Hijriyah, pernah seribu orang Thaif masuk Islam, yang sebelumnya sangat memusuhi Islam. Pada tahun 11 Hijriyah juga ratusan orang-orang Yaman menyatakan diri masuk Islam.
Sampai kepada pertempuran-pertempuran yang terjadi pada Ramadhan itu, justru dimenangkan oleh umat Islam. Perang Badar meletus pada bulan Ramadhan, tepatnya tanggal 17 Ramadhan dan dimenangkan oleh Umat Islam. Kemenangan Khandak diperoleh pada Ramadhan. Proklamasi Kota Makkah itu adalah pada Ramadhan. Kemudian generasi berikutnya; Proklamasi Dinasti Abasyah, dipilihnya bulan Ramadhan. Penaklukan Afrika 56 Hijriyah oleh Panglima Uthbah bin Nafi, dipilihnya Ramadhan dan sukses. Tahun 99 Hijriyah Thariq bin Jiyad menyeberang dari Afrka Utara ke daratan Eropa untuk pertama kali umat Islam menginjakkan kaki di daratan Eropa. Dipilihnya pada saat prajuritnya sedang lapar berpuasa Ramadhan. Tahun berikutnya, tahun 100 Hijriyah juga memperoleh kemenangan-kemenangan strategis, pada Ramdhan Salahuddin Al Ayubi, berhasil mengembalikan Masjidil Aqsho ke tangan umat Islam, itu semua diperolehnya juga pada Ramadhan.
Di bidang keilmuan, ulama-ulama dulu melakukan prestasi-prestasi di dalam karya tulis, yang ternyata karya tulisnya itu bernilai monumental. Imam Muhammad Idris Asy Syafi’I, umpamanya melahirkan sejumlah karya-karya besar pada bulan Ramadhan, karyanya itu monumental, sampai sekarang diterbitkan lebih dari puluhan ribu kali. Kemudian pengaruh dari pendapat Imam Syafi’i, yang intinya terdapat pada buku Fiqih Al ‘Um itu menciptakan sebuah fanatisme yang luar biasa. Tidak kurang 250 juta umat Islam mengikuti pendapatnya di bidang Fiqih. Ini menunjukkan bahwa dari beliau telah melahirkan sebuah prestasi yang begitu luar biasa, yakni prestasi Ramadhan.
Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita semua untuk bersikap gembira ketika kita bertemu dengan bulan Ramadhan dan kemudian kita mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan kesucian, keagungan dan taqarrub kita pada Ramadhan. Kegiatan yang pokok, tentu saja adalah kegiatan shaum, yaitu yang diperintahkan Allah SWT. Kepada kita dalam Al Baqarah: 183. Allah berfrman: Ya ayyuhalladzina amanu kutiba ‘allaikumu ash shiyamu kama kutiba ‘ala alladzina minqablikum la’allakum tattaqun. Ayat ini turun di Madinah. Memang perintah Ramadhan itu datang setelah Nabi berada di Madinah. Yaitu dengan turunnya surat Al Baqarah: 183. Nabi pada waktu itu de fakto sudah diakui sebagai seorang pemimpin masyarakat Madinah.
Awal membangun masyarakat Madinah, beliau membangun masjid yang dijadikan tempat komunikasi umat Islam, sarana pembinaan dan sekaligus juga untuk dapat mencairkan berbagai macam perbedaan-perbedaan di antara mereka yang selalu berseteru. Sedangkan untuk masyarakat non muslim yang ada di Madinah, beliau membuat sebuah jaminan konstitusional tahun berikutnya, Nabi melirik pasar. Kemudian membangun pasar. Ketika itu turun perintah zakat dan kemudian turun perintah ibadah shaum. Dilihat dari proses sejarah turunnya perintah puasa tampaknya perintah zakat dan puasa itu, erat sekali dengan langkah yang sedang dilakukan oleh Nabi yaitu membangun sebuah masyarakat yang di dalamnya tercipta sebuah persaudaraan (ukhuwah) dan kemudian tercipta sebuah masayarakat yang musawah, equality (persamaan), juga masyarakat yang berbudaya unuk melakukan musyawarah dan seterusnya.
Dengan zakat diharapkan umat Islam yang kaya dapat menciptakan sebuah keakraban dengan orang miskin. Dengan puasa diharapkan orang-orang yang mampu juga dapat merasakan apa yang biasa dirasakan oleh orang-orang miskin yang sering lapar dan dahaga.
Sekalipun perintah puasa itu datang setelah beliau 2 tahun lebih berada di Madinah, akan tetapi tradisi puasa sebetulnya sudah dilaksanakan oleh baginda Rasul sejak di kota Makkah. Antara lain adalah shaum ‘Arofah, yakni shaum pada tanggal 9 Dzulhijah yang hampir selalu dilakukan oleh beliau dan umat Islam yang pada waktu itu sebelum hijrah ke kota Madinah. Artinya sebelum turun surat Al Baqarah : 183.
Memang Al qur’an sendiri mengemukakan puasa itu juga merupakan sebuah kewajiban yang berlaku secara universal. Tidak hanya kita sebagai umat Nabi SAW yang mendapat perintah puasa, tetapi umat yang terdahulu pun sudah mendapat syariat puasa itu. Malah kita bisa membaca sekarang, hampir semua agama besar di dunia ini mengakui tentang ajaran ibadah puasa walaupun cara dan ketentuan-ketentuannya berbeda-beda.
Konsep teologi Yudaisme mengajarkan puasa untuk meredam murka Tuhan. Orang Kristen mengenal juga puasa pada hari-hari tertentu yang dilanjurkan oleh pengikut kristiani. Kemudian di dalam agama Hindu dan Budha, sarat dengan aturan-aturan puasa sebagai bagian dari konsep Samsara. Untuk memperoleh Nirwana harus menghadapi sebuah proses kehidupan yang penuh dengan penderitaan. Antara lain berlapar-lapar untuk tidak makan beberapa hari. Jadi puasa adalah merupakan sebuah kewajiban yang berlaku secara universal. Kepada kita umat Islam diperintahkan puasa dengan ketentuan tiga aspek penting.
Pertama, aspek niat puasa kita bukan untuk meredam murka Tuhan. Niat puasa kita adalah untuk memperoleh ridha Allah SWT. Kedua, aspek waktu. Puasa yang kita lakukan tidak boleh lebih dari sepanjang siang hari. Batasan waktunya adalah antara subuh sampai maghrib. Kemudian yang dilarangnya atau al-imsak (yang dicegahnya) adalah hanya makan, minum, hubungan sex dan yang searti dengan itu. Kemudian Al Baqarah tadi menyatakan bahwa target dan tujuan dari ibadah puasa itu bukan hanya kepasrahan dan pengabdian kepada Allah, tetapi juga harus memberikan dampak bagi mereka yang melaksanakan ibadah puasa, la’allakum tattaqun. Agar dengan puasa itu seseorang memperoleh sebuah pribadi yang unggul yaitu taqwa (al muttaqin). Al Qur’an menyebutnya indikator ketaqwaan itu adalah nampak pada kesabaran. Indikator ketaqwaan itu harus nampak pada kesungguhan memenuhi janji. Ketaqwaan seseorang itu harus tampak pada saat menghadapi situasi yang menyakitkan, menjengkelkan, ia mau mengendalikan emosi kemarahan. Selalu memiliki sikap siap memaafkan , al ‘afina ‘ani an naas. Indikator ketaqwaan seseorang itu adalah selain shalat, juga harus siap memanfaatkan segala potensi yang diberikan oleh dirinya untuk kepentingan agama dan kemanusiaan. Bahkan dalam kaitannya dengan harta, orang bertaqwa harus siap memberikan harta yang masih dicintainya. Begitu Al Qur’an mengemukakan. Orang bertaqwa itu adalah mereka yang apabila terlanjur berbuat dosa dan kesalahan, ia segera sadar bahwa dirinya salah. Tidak pernah bangga dengan dosa dan tidak pernah mempertontonkan dosa, dia mohon ampunan kepada Allah dengan istiqfar.
Untuk mencapai kualitas unggulan seperti itu, tidak mungkin bisa kita dapatkan hanya dengan berlapar-lapar puasa di siang hari. Karena itu Rasulullah SAW mengemukakan kepada kita sebagai umatnya, Rubba min shaimin laisa lahu min syiyamihi illal athosu walju’, banyak diantara mereka yang berpuasa, tapi mereka tidak mendapat apa-apa dari puasanya itu kecuali hanya lapar dan dahaga saja. Maka untuk mencapai ketaqwaan itulah, kita dianjurkan dan diperintahkan untuk melaksanakan rangkaian amalan-amalan ibadah Ramadhan.
Kita diperintahkan untuk melakukan shaum dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Kita juga diperintahkan oleh Nabi SAW agar semuanya dilakukan dengan ikhlas dan tulus, bangun syahur dan makan syahur. Syahur yang paling baik dilakukan adalah hampir dekat kepada shubuh. Kemudian kita dianjurkan untuk cepat berbuka apabila sudah tiba waktunya. Memulai dengan do’a, minum dan memakan buah-buahan yang manis. Selanjutnya dianjurkan lagi Selama Ramadhan kita berusaha memelihara Qiyam Al Lail, minimal shalat kita selama Ramadhan adalah arba’in (40 rakaat), 17 wajib dan 10 rawatib, 2 rakaat mungkin tahiyatul masjid atau syukrul wudhu dan kemudian qiyamulail 11 rakaat, yaitu tarawih dan witir atau tahajud dan witir. Kita pertahankan sampai akhir Ramadhan, shalat kita sehari semalam tidak kurang dari 40 rakaat.
Selama Ramadhan, kita dianjurkan untuk memperbanyak shidqah dan infak. Baik sekali apabila kita semua mempunyai semboyan di tengah-tengah keluarga, tiada malam tanpa qiyamulail dan tiada siang tanpa infak dan shidqah. Selama ramadhan kita harus lebih banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid). Harus lebih sering dibandingkan dengan saat-saat kita di luar Ramadhan. Masjid harus menjadi tempat merenung kita. Tempat muhasabah dan dzikir kita.
Selama Ramadhan, kita juga dianjurkan untuk lebih banyak membaca Al Qur’an. Al Qur’an harus menjadi bacaan utama dan harian. Terutama pada buln Ramadhan. Nabi memberi contoh membuka malam dengan bacaan Al Qur’an dan menutup malam dengan membaca Al Qur’an. Selama Ramadhan. Lidah dan bibir kita sering basah menyebut nama Allah. Sejak kita memulai tidur, hantarkan dengan dzikir membaca fatihah, qul huwaallah, qul a’udzu bi rabbi al falaq, qul a’udzu birabbin nas dan ayat kursi. Boleh juga membaca dzikir lagi yang masyhur seperti, subhanallah wa Alhamdulillah wa la ilaha ilalah, wa allahu akbar, wa la haula wa la quwwata illa bi allahi al ‘aliyyil ‘azhim.
Hantarkan tidur kita dengan dzikir, seandainya pada malam itu Allah menghendaki kita tidak bisa bangun lagi. Kita diambil oleh Allah, Insya Allah kita meninggal dunia dalam keadaan khusnul khatimah. Bangun dengan tulus dan ikhlas, juga dengan dzikir membaca do’a bangun tidur. Khusus di penghujung malam Al Qur’an mengamanatkan, orang-orang yang akan selalu mendapatkan jalan keluar dari berbagai macam kebuntuan, orang-orang yang selalu mendapatkan kemudahan dari berbagai macam kesulitan, orang yang selalu disertai oleh Allah kemanapun mereka pergi. Orang yang dicintai oleh Allah, orang yang akan mendapat rezeki dengan tanpa sulit. Orang yang akan mendapatkan furqana, yaitu jalan petunjuk yang dapat memisahkan mana yang akan mencelakakan dan membahagiakan, adalah kanu qalilan, minallaili mayahja‘una wa bi al ashari’hum yastaghfirun, yaitu mereka yang selalu siap untuk bangun shalat malam qiyamulail dan di waktu syahur mereka memperbanyak istiqfar.
Bulan ini adalah bulan yang penuh dengan istighfar, bulan ini harus kita jadikan sebagai bulan berserah diri kepada Allah. Memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan kita. Silahkan memilih do’a-do’a istighfar yang masyhur, yang dicontohkan oleh Nabi. Kita boleh memilih do’a Nabi Adam seperti Rabbana zhalamna anfusana wa ilam taghfirlana wa tarhamna lanaku nanna mina al khasirin. Kita boleh memilih mewiridkan do’a Nabi Yunus, la ilaha ila anta subhanaka inni kuntu minazhzhalimin. Kita boleh juga melanjutkan, membiasakan do’a permohonan ampun di ujung surat Al Baqarah, wa’fu ‘anna waghfirlana warhamna. Atau kita campur dengan tashbih, menjadi wirid yang masyhur, subhaanallahu wa bi hamdihi, subhanallahi al’azhiim, astaghfirullah.
Bulan ini adalah bulan ketika nama Allah harus lebih banyak kita sebut daripada nama yang lain. Bulan ini adalah kalamullah harus lebih banyak kita baca daripada kalam-kalam yang lain. Bulan ini rumah Allah. Harus banyak kita kunjungi daripada rumah-rumah yang lain. Inilah syahru ar ramadhan yang awalnya penuh rahmat, pertengahannya penuh maghfiroh dan ujungnya adalah membebaskan diri kita, bebas dari ancaman siksa dan api neraka. Kalau ini semuanya dilakukan, tentu saja tetap selain mewujudkan habluminallah, banyak dzikir dan istighfar, juga beri’tikaf di mesjid. Kita pun harus berusaha mewujudkan hubungan yang baik dengan sesama kita.
Ramadhan adalah bulan tanpa dusta, tanpa fitnah dan tanpa ghibah (menggunjing orang). Ramadhan adalah bulan tanpa ada usaha membuka aib orang lain. Di bulan Ramadhan saudara-saudara kita adalah sahabat-sahabat kita yang disantuni dan dihormati oleh kita. Tidak ada dosa sekecil apapun yang tidak kita mintakan maaf kepada teman-teman kita. Ramadhan adalah bulan keakraban dan kedamaian.
Mari kita ciptakan Ramadhan sebagai bulan, di mana kita mendapatkan naungan rahmat dan berkah dari Allah SWT. Sebagaimana umat yang terdahulu, mereka memperoleh prestasi-prestasi besar pada Ramadhan.