Oleh : DR. H. Miftah Faridl
Islam memberikan perhatian khusus terhadap masalah pendidikan. Posisi dan peranan guru mendapat kedudukan istimewa dalam kacamata seorang Muslim. Menurut sebuah hadits, Rasulullah pernah berpesan bahwa setiap Muslim hendaknya menjadi pendidik atau menjadi orang yang dididik. Beliau sendiri adalah seorang pendidik. Oleh karena itulah berbicara tentang tugas, fungsi dan peranan guru menurut ajaran Islam tidak dapat dipisahkan dari posisi dan peranan beliau sebagai pendidik teladan (Q.S. Al Ahzab; 210).
Menurut Al Qur’an, beliau mempunyai tugas: syahida, mubasysyira, nadzira, da ‘ilaya allah, siraja muniira (menjadi saksi, pembawa kabar gembira, pemberi peringatan, penyeru kepada Allah, lampu penerang. Q.S. Al Ahzab; 45-46).
Sebagai pendidik beliau telah berhasil membina masyarakat dari masyarakat yang paling biadab menjadi masyarakat yang paling beradab, dari masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang terdidik. Kunci keberhasilan pendidikan yang beliau lakukan adalah: konsep ajaran yang beliau sampaikan adalah ajaran yang benar dan tepat, kesungguhan dan keikhlasan beliau dalam melaksanakan tugas, kemampuan dan keterampilan beliau dalam melaksanakannya, akhlak dan pribadi beliau yang baik dan mulia. sifat utama beliau adalah shidhhiq, amanah, tabligh dan fathanah yang kemudian dirinci dalam beberapa ayat Al Qur’an seperti “merasa berat atas penderitaan orang lain, sungguh-sungguh mengajak orang lain untuk menjadi baik, sangat kasih dan sayang” (Q.S. At Taubah: 128). Beliau tidak pernah bertindak kasar, tetapi selalu pemaaf memintakan ampunan, siap bermusyawarah, tawakal dan tidak pernah berhianat. (Q.S. Ali Imran: 159-161). Beliau adalah uswah hasanah (teladan yang baik), rahmatan lil ‘alamin (kasih sayang kepada segenap alam), selalu memulai segala perintah dan prilaku baik dengan dirinya sendiri dan menyampaikan sesuatu sesuai dengan kadar kemampuan orang yamg dididik. Itulah sebagian prinsip pendidikan yang beliau terapkan.
Untuk menjadi pendidik yang berhasil, beliau telah mempersiapkan dirinya sedemikian rupa sejak sebelum diangkat sebagai Rasul. Beberapa pelajaran penting yang dapat dijadikan teladan antara lain, pra kerasulan: memiliki sifat dapat dipercaya (alamin), terlatih dalam suasana keprihatinan dan penuh tantangan, kesiapan diri untuk mandiri, tidak tergantung kepada orang lain dan kondisi rumah tangga yang sangat menunjang pelaksanaan tugas. Setelah menjadi Rasul: beliau bisa membaca dan memahami kondisi medan perjuangan dan menilainya dengan pisau analisis yang baik (Q.S. Al Alaq: 1-5), mantap, cinta dan meyakini tugas yang diemban (Q.S. Al Qalam: 1-16), membina diri dengan salat malam dan membaca Al Qur’an di setiap penghujung malam, dzikir dan tekun beribadah, sabar menerima reaksi dan tantangan, hijrah saat diperlukan (Q.S. Al Muzammil: 1-10). Mendidik dengan ikhlas, siap membersihkan diri dari dosa, menjauhi perbuatan yang tak terpuji, tidak terlampau banyak mengharapkan pemberian manusia, bersikap sabar untuk memperoleh hasil yang diharapkan (Q.S. Al Mudatstsir: 1-7).
Ada beberapa petunjuk yang beliau ajarkan: lakukan pendidikan dengan hikmah, kebijaksanaan, nasihat dan diskusi yang baik (Q.S. An Nahl: 125), berpaling dari ajaran yang salah, memberii pendidikan kepada mereka yang salah dengan kata-kata yang benar (Q.S. An Nisa: 63), konsekuen dalam pendirian yang benar, tidak mengikuti hawa nafsu, adil dan menunjukkan identitas Muslim (Q.S. Asy Syu’ara: 15, Yusuf: 108), tidak merasa rendah diri (Q.S. Al Furqan: 63), tidak putus asa (Q.S. Yusuf: 87), keberhasilan proses pendidikan ditentukan oleh Allah (Q.S. Al Anfal: 63).
Beberapa pusat kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh beliau ialah: rumah tempat tinggal, tempat khusus (baitul arqam), masjid, suffah/bangunan di sekitar masjid.
Dengan menelaah beberapa prinsip keteladanan Rasulullah sebagai pendidik teladan, saya mencoba menyampaikan beberapa rumusan tentang tugas, peranan dan fungsi guru di lembaga Islam. Setelah memunculkan kesadaran bahwa sekolah-sekolah yang beridentitas Islam mempunyai tugas dan peranan yang lebih dari tugas dan peranan lembaga-lembaga pendidikan yang tidak beridentitas Islam, maka setiap orang harus mempertaruhkan nama Islam dalam segala aktivitasnya. Lembaga-lembaga pendidikan yang beridentitas Islam sampai saat ini masih banyak yang belum menjadi kebanggaan umat Islam sendiri.
Oleh karena itulah segenap guru di lembaga pendidikan Islam mempunyai tugas dan peranan sebagai berikut: ia tidak hanya bertugas mentransfer ilmu kepada anak didik tetapi juga harus mamapu mentransfer iman dan akidah Islam: ia tidak hanya penyampai ilmu tetapi juga harus menjadi pengamal pertama dari ilmu yang diajarkannya: ia tidak hanya wajib melaksanakan pendidikan di kelas sesuai jadwal yang telah ditetapkan, tapi juga harus setiap saat bisa melayani anak didik; ia tidak hanya menjadi pendidik di ruang kelas, tetapi juga menjadi pendidik di setiap tempat di mana pun ia berada, ia tidak hanya siap menjawab pengetahuan sesuai dengan bidangnya, tetapi juga harus mempu menjawab pertanyaan anak didik tentang Islam; ia tidak hanya dapat dipercaya dalam moral dan akhlaknya; ia tidak hanya harus sukses dalam melaksanakan tugas pendidikan di sekitar lembaga pendidikan, tatapi juga harus mampu melakukan hal yang sama di rumah dan di tengah masyarakat; ia tidak hanya harus mempertangungjawabkan segala langkahnya kepada lembaga, tetapi juga harus mempertanggungjawabkannya (secara moral) kepada umat dan kepada Allah; ia tidak hanya menjadikan dirinya sebagai teladan, tetapi keluarganya juga harus menjadi teladan bagi keluarga lain; hubungan antara para guru, pimpinan lembaga, orang tua dan lain-lainnya harus diciptakan sebagai ukhuwah Islamiyah yang mengandung aspek-aspek ta’awun, musawah, tarahum, tadhamun dan lain-lain.
Untuk terwujudnya hal-hal di atas, langkah-langkah yang dicontohkan Rasulullah sebagai pendidik teladan dan pendidk yang paling sukses penting dijadikan perhatian oleh semua pihak, baik guru yang bersangkutan, pimpinan maupun masyarakat secara keseluruhan.